Kamis, 27 Agustus 2009

SAWAH TEROWONGAN; APA NAK JADI NANTI ?

 Masa aku kecil dulu, aku dan teman-temanku sering pergi ke sawah di kampung Terowongan dalam. Kami bukan pergi menyawah tapi menangguk ikan pelaga. Waktu itu, terdapat hamparan sawah sejauh mata memandang yang dihiasi pokok-pokok para di pematangnya. Beranjak dewasa, setamat SMA, aku merantau ke negeri orang. Sekembaliku, teringin aku melihat kembali jejak kecil ku dulu. Dengan mengendarai kereta aku menyusuri jalan tanah liat berbatu yang membelah sawah. Di kiri kanannya masih kudapati parit berair keruh kekuningan. Orang-orang ramai memancing ikan pagi itu. Ada yang masih anak-anak, belia dan orang tua. Di tangan mereka ada joran bambu dan keranjang oval dari bambu yang mereka sandang untuk tempat ikan yang berhasil didapat. Ku hentikan keretaku sambil memandang sekeliling untuk mencoba mencari tau tempat aku menangkap ikan pelaga dulu. Banyak memang yang sudah tak ada termasuk pokok para tempat aku hampir dipatok ular. Seketika terbayang masa kecilku bersama teman-teman yang sekarang entah kemana. Ketika lamunanku hilang, aku lanjutkan perjalanan. Sampai di pertengahan, jalan terputus. Tampak dump truck hilir mudik menuang tanah menimbun sawah. Traktor menderu-deru meratakan tanah yang tertumpuk hingga lenyap sawah basah yang sudah tergadai. Hati ku risau. Lama aku termenung memikirkan, "Apa nak jadi dengan sawah-sawah ni nanti, oh mak ooi ?" Aku berharap janganlah pembangunan ini meniru daerah-daerah lain di Indonesia ini yang akhirnya menghancurkan areal persawahan dan daerah hijau sebagai penyangga. Silakan bangun jalan tapi biarlah kiri kanan jalan tetap kosong tanpa bangunan. Kebiasaan di tempat kita ini, kalau ada pembangunan jalan besar, orang menggatal-gatal menjual tanah atau membangun bangunan, baik pom bensin, ruko, rumah, kedai kopi, sampai tempel ban. Pemerintah pula, buat tak tau saja. Memang apa ya yang bisa kita harap dari pemerintah kita? Sebagian orang kita ni memang tak punya itikad baik untuk melestarikan sesuatu, mudah-mudahan pendapat aku salah. Tapi aku ingin mengambil beberapa contoh untuk pertimbangan. Apa yang sudah kita lestarikan di Brandan ini? Aku bertanya ni kepada masyarakat dan pemerintah juga. Bangunan tua? Hancur dah. Stasiun kereta api peninggalan Belanda? Macam kandang lembu ku tengok. Padahal diurus sama PJKA (ntah apa namanya sekarang) tapi tak terurus. Nak menempel beton yang rusak tu pun tak mau. Kuburan Belanda? Rontok dibantai anak Terowongan. Sekarang ini beberapa kuburan sudah di dalam kamar orang. Rumah dibangun orang tu dikuburan. Padahal itu bukti sejarah Brandan ini. Apa ada pemerintah daerah kita memperdulikannya? Apa yang sudah kita lestarikan? Paret kanal? Cantik-cantik dibangun Belanda, datang kita, kita jadikan lobang sampah. Aku cuma bisa berharap areal persawahan terowongan itu tetap terpelihara. Mudah-mudahan pemerintah bertindak bijaksana. Biarlah kota tetap kota, desa biarkan menjadi desa. Ekonomi perlu dibangun tapi lingkungan perlu dijaga. Gambar di atas ini berlatarbelakang sawah nan hijau. Aku bawa anak-anak ku melihat keindahan alam desaku. Alam yang masih segar udara dan pemandangannya. Nun di kejauhan tampak bukit barisan berwarna biru dikala cerah pagi hari. Indah menawan, tempat berwisata orang kita. Ku himpun anak-anakku di suatu titik di tepi sawah sambil ku katakan kepada mereka, "Berdiri di sini ya nak, biar ayah foto. Sebagai kenang-kenangan ketika kalian besar kelak karena di tempat kalian berdiri ini nanti mungkin tidak seindah ini lagi." 

2 komentar:

  1. Hmm...smoga suatu hr nanti tak q dgr kbr bahwa om bangun rmh d areal persawahan itu y om. He he he.. Anyway big syukron 4 ur nice coment at my article Building Student Motivation. It's nice input 4 me. Keep moving 'n keep in touch..!

    BalasHapus
  2. kuburan dalam rumah... yang menempatinya bikin grup band namanya 'KUBURAN' he..he..he..

    BalasHapus